Sunday, July 15, 2018

Pengalaman mudik 2018 via tol Jakarta Semarang


Sebagai perantau di Jakarta, setiap lebaran Iedul Fitri selalu ada ritual yang selalu terulang, yaitu mudik. Ritual yang bikin susah sebetulnya, tetapi terasa kurang jika terlewatkan
Semarang adalah kota saya berasal. Ibu kota Jawa Tengah, yang berada di jalur Pantura (tetapi tidak ada pantai yang menarik sayangnya). Jarak tempuh Jakarta Semarang bervariasi, mulai dari 600 km sekian jika lewat jalur pantura, hingga berkisar 500 km jika lewat tol baru.
Nah, sebagai pelaku mudik dari tahun 2003, hingga 2018, total sudah 15 kali mudik. 13 kali dari Jakarta, 1 kali dari Bandung, dan 1 kali dari Tasik.

Sewaktu belum merantau, setiap menonton arus lebaran di TV, saya selalu heran, kenapa orang-orang itu memaksakan diri sih? Sekarang saya terkena karma, termasuk orang orang tersebut :)
Kali ini, saya khusus akan membahas pengalaman mudik di tahun 2018.
Banyak sekali pilihan moda transportasi dari Jakarta ke Semarang; bisa naik PT KAI (mulai tahun 2010 an sudah enak, bisa online), bus Jakarta Semarang (ini saya belum pernah coba waktu mudik), atau pesawat, bahkan kapal laut.
Tempat yang selalu ramai saat lebaran, makam

Tahu tidak, jika waktu mudik area mana saja yang selalu butuh kesabaran tambahan? Berikut adalah area perlu kesabaran ekstra versi saya:
  • Tol Jakarta Cikampek : kemacetannya bisa dimulai dari tol dalam kota. Bahkan tahun 2002 atau 2001 silam, tukang baso langganan saya di Slipi perlu waktu 2 hari keluar tol Cikampek dari Grogol
  • Simpang Jomin : Arus pertemuan dari tol Cikampek, dan jalur Pantura membuat ruas dua jalan jadi terasa sempit. Ditambah banyak mobil berhenti di pinggir jalan, membuat kemacetan bisa berlangsung sampai Ciasem. Tahun 2013, dari rumah di Pondok Kopi pagi H-1 jam 09.00, sampai di Indramayu jam 01.00 dinihari, waktu sholat Ied baru masuk kota Brebes
  • Brebes, Tegal, dan Pekalongan : arus macet di tiga kota ini, lebih disebabkan oleh kendaraan yang dilewatkan di perkotaan, akhirnya ruas jalan yang terbatas di tambah aktivitas warga, membuat jalan jadi tersendat.
Kumpul keluarga
Masuk ke Batang hingga Semarang, arus sudah lancar, selama ini belum pernah mengalami macet di Batang, dan Kendal. Aman. Kendala yang ada hanyalah ruas jalan yang sering rusak berlubang
Tahun 2018 ini, pilihan saya jatuh kepada naik mobil dari Jakarta ke Semarang, pilihan yang sederhana, karena sekarang sudah ada tol Jakarta Semarang, sehingga otomatis lebih cepat.
Dengan adanya tol Brexit ditambah tol fungsional, otomatis banyak kota rawan macet bisa dihindari. Masuk tol, keluar-keluar sudah di GT Manyaran, aman.Tetapi meski begitu, tetap saja saya menghabiskan waktu tempuh Jakarta Semarang selama 13 jam! Itu pun dengan kondisi non stop, alias tidak berhenti sekejap pun. Berangkat pagi, sampai malam.
Kemacetan terparah ada di tol Jakarta Cikampek, dan Cipali di sekitar rest area. Pokoknya, setiap rest area pasti macet. Setelah adanya tol baru ini, titik macet berubah namanya, dari penyempitan jalan, menjadi rest area.
SPBU Gendong, apakah yang punya adalah mbah Surip?

Awalnya saya terpikir, pemudik berhenti di rest area untuk mengisi bensin dan MCK (kalau makan sepertinya tidak, kan masih musim puasa), tetapi bisa jadi pikiran saya salah. Sewaktu lebaran, saya bertemu saudara yang sama-sama pemudik juga, dan dia mengatakan setiap tiga jam selalu berhenti, karena lelah! Nah lo. Menurut saya pribadi sih, jika kondisi sudah seperti itu, lebih baik tidak usah bawa kendaraan sendiri untuk mudik. Lebih baik naik angkutan umum, atau jika perlu bawa motor, dikirimkan saja ke kampung, lalu pulang naik kendaraan umum. Selain ongkos kirim terjangkau, juga berbahaya untuk diri sendiri, dan bisa merugikan orang lain.
Dan, saudara saya bisa jadi bukan satu-satunya yang seperti itu, yang selalu antri masuk rest area, hingga mengakibatkan arus lalin terhambat.
Lalu, apakah lantas kapok mudik? Sepertinya belum akan kapok. Meski nuansa lebaran di kampung semakin sepi, minimal lebaran adalah saat kita bisa berkumpul keluarga, walau hanya sebentar.

2 comments:

  1. Mudik, bisa jadi cerita tersendiri bagi pelakunya ya Mas..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, Mas.
      Menyenangkan memang, meski pada saat prosesnya sangat merepotkan dan capek badan

      Delete