Judul di atas, adalah pertanyaan yang muncul di kepala saya, setiap kali saya pulang ke kampung halaman, dan berniat untuk menghabiskan waktu bermain pasir dan berenang-renang di air asin, seperti ikan lumba-lumba.
Dua lokasi sudah pernah saya datangi, yaitu di Tanjung Mas, dan pantai Marina, tidak memenuhi kriteria yang saya inginkan. Tanjung Mas tidak bisa bermain pasir pantai, demikian pula di pantai Marina, penuh dengan beton pemecah ombak. Akhirnya, liburan tahun kemarin, saya pergi ke Pantai Maron.
Pantai Maron ini, terletak di belakang bandara Ahmad Yani, aksesnya bisa melalui dua jalan, yaitu via jalan Jembawan, dan melalui parkiran bandara. Kemarin oleh Waze, saya diarahkan melalui Jl. Jembawan, ternyata tidak bisa. Setelah menyeberangi rel kereta, jalanan di portal! Akhirnya berputararah dan masuk melalui parkiran bandara.
Kesan pertama mengenai pantai ini, aksesnya belum bagus. Jadi, setelah keluar dari jalan belakang bandara menyusuri rel kereta, kurang lebih sekitar 5 km menuju pantai, jalan yang ditempuh adalah jalan tanah, dan ada kubangan di beberapa lokasi. Selain itu, tidak terlihat ada penerangan jalan, yang artinya, kalau malam hari, area jalan ini akan gelap gulita.
Masuk ke pantai ini pada waktu itu, satu mobil hanya ditarik retribusi 10.000 rupiah, sangat murah dan terjangkau.
"Pantai masih jauh, Pak?"
"Sebentar lagi, Mas. Lumayan lagi ramai nih"
Oke, maju lagi, ternyata sepertinya pintu penjagaan tadi pas di pertengahan antara pintu keluar parkir bandara, dan pantainya.
|
Akses masuk Maron |
|
Musholla dan toiler |
|
Kondisi pantai Maron |
|
Penjual makanan |
|
Eh, ini bukan Maron, tapi Nusa Dua |
|
Tiket masuk |
|
Ilalang Maron, seperti di video clip romantis |
|
Seberang sana itu pantai Tirang |
Sampai di pantai, harapan saya untuk bermain pasir dan berenang, tiba-tiba hilang. Selain ombaknya yang cukup kencang (mungkin karena pas musim penghujan), di pantainya pun banyak sampah.
Sebetulnya, di seberang pantai Maron ini, ada pantai Tirang. Dua pantai ini, dipisahkan oleh sungai yang cukup lebar, dan kelihatannya dalam. Nah, pantai Tirang ini, waktu saya intip kondisinya relatif lebih baik dari Maron. Sampah tidak terlalu banyak, dan pantainya lebih landai, lebih memungkinkan untuk berenang. Masalahnya, tidak ada jembatan untuk menyeberang antar dua pantai ini. Akhirnya, tidak lama, saya pun kembali lagi ke rumah.
Pantai Maron dan Tirang ini, menurut saya, punya potensi untuk dikembangkan lebih jauh lagi. Lokasinya tidak jauh dari pusat kota, dan dekat bandara. Jadi, waktu di pantai, sering kali kita bisa melihat pesawat terbang rendah. Ditambah, di pantai Maron, ada Mangrove education park. Meski tidak sebesar wisata mangrove di Pantai Indah Kapuk, Jakarta, tetapi menurut saya cukup menarik.
Hanya saja, sampai pantai ini telah dikelola dengan baik, sepertinya kalau ingin ke pantai waktu mudik, sementara ini harus ke Gunung Kidul. Atau kalau mau yang lebih dekat, ke Sendang Sikucing di Kendal, atau Bandengan, Jepara.
sayang ya mas pantainya banyak sampah, semoga pemda nya memperhatikan dan bisa kelola pantai ini dengan baik nantinya. Aamiin.
ReplyDeleteIyah. Tapi sepertinya memang begitu semua, pesisir utara Jawa, kondisi pantainya tidak sebagus pesisir Selatan.
Delete