Showing posts with label food. Show all posts
Showing posts with label food. Show all posts

Wednesday, October 25, 2017

Makan murah meriah di mall

Sewaktu masih single, saya pernah bertekad, tak akan mengajak anak-anak saya nanti main-main ke mall. Tetapi kita akan muter-muter ke taman, mengejar-ngejar burung merpati, petak umpet di balik warna-warni bunga, dan memanjat pohon, seperti di film Aashiqui 2. Tetapi apa daya, karena susah membedakan mana pohon yang dikencingi oleh peserta demo, dan mana yang masih suci, akhirnya idealisme masa muda itu luntur. Saya tentu tak mau itu tersentuh oleh anak-anak saja. Dan akhirnya, ke mall lah sekarang kita seringnya :(

Monday, July 03, 2017

Mie Jawa Mbah Gito: hasil dari nyasar

Pernah gak sih, sudah berencana mengunjungi tempat tertentu, tetapi gagal. Tetapi akibat kegagalan itu, ternyata berbuah pada suatu hal yang menyenangkan? Kalau bahasa Inggrisnya, Every cloud has a silver lining. Paling tidak, itu yang kemarin saya alami, waktu berkunjung ke Yogya saat libur lebaran.

Sunday, November 27, 2016

Hal Yang Membuat Kita Membeli Produk



Ada banyak pedagang di dunia ini, menjual produk yang sama. Lalu, apa yang membuat anda memutuskan membeli produk tertentu dari pedagang A atau bukan dari pedagang B? Beberapa akan menjawab masalah harga, tentang rasa (kalau produknya makanan), atau juga kualitas produk. Itu semua benar. Tapi di atas itu semua, kalau menurut saya, adalah rasa nyaman kita belanja di pedagang tersebut.

Tuesday, March 15, 2016

Dua keanehan di warung sate kambing Wahab


Sop bening, seporsi sate, dan nasi hangat plus taburan acar

Pernah makan sate kambing? Bisa jadi, 99,9% warga Indonesia, pernah merasakannya, kecuali yang vegetarian sejak lahir. Pada umumnya, sate disajikan berupa potongan daging yang ditusuk dengan batang bambu, atau lidi, atau besi, dan dipanggang di atas bara api. Lalu, apakah potongan daging yang dipanggang masih bisa disebut sate? Menurut Haji Wahab, masih!
Berlokasi di Jl. Imam Bonjol, Kota Tangerang, Wahab mengolah daging kambing menjadi dua varian, sop, dan sate. Tidak seperti umumnya, sate disajikan ke pembeli dalam keadaan sudah dilepaskan dari tusuknya, ditata di atas piring, dan disiram kuah kacang.

Saya tidak tahu, kenapa begitu, tetapi yang jelas, rasanya enak.
Keanehan yang lain, warung ini buka, tidak pas makan siang, tetapi sekitar jam
2 siang, sampai habis. Jadi kalau ingin makan di sini, harap sarapannya dilebihkan, supaya bisa bertahan dua jam lebih lama dari waktu biasanya.
Harganya cukup murah, sop seharga Rp 20.000, dan sate seporsi Rp. 15.000, nasi sepiring Rp 5.000 (?). Cukup mengenyangkan dan tidak boros di kantong.
Untuk anda yang ingin berkunjung di sini, berikut ini adalah link dari google map yang saya save.

Selamat mencoba

Sunday, March 06, 2016

Apa orang Jakarta tidak tahu lezatnya petai cina ya?

Tanaman di bawah ini, sering ditemui sebagai peneduh jalan. Acapkali, berbuah, dan buahnya sering terlihat menghitam karena terlalu lama di pohon, tak ada yang ambil.

Di kampung saya Semarang sana, petai cina (biasanya disebut mlanding), adalah bahan baku masakan botok, emprok, atau malah dimakan mentah begitu saja, dengan campuran sambal kelapa. 
Mantaaaap. 

Monday, July 22, 2013

Warung Halal di Pattaya

Selain perkara sholat, perkara makan juga menjadi hal yang cukup rumit, bila berkunjung ke negara yang non muslim, seperti di sini. Meski, banyak sekali tempat makan yang menggiurkan, tetapi melihat banyak sekali tulisan pork, jadi serem juga. Lebih celaka lagi, 99.99999% tulisan, menggunakan huruf Thailand. Nah loh.
Di Pattaya, ada beberapa tempat makan, yang menggunakan tulisan huruf Arab. Ini wajar, mengingat banyak sekali turis dari wilayah Arab, yang berkunjung ke sini. Namun, masakan yang dijual juga, kebanyakan menu khas daerah sana, yang bagi saya, belum tentu cocok. 
Akhirnya, mencari tempat makan yang halal, dan cocok di lidah, adalah petualangan tersendiri bagi saya. 
Selama di Pattaya, saya menemukan dua tempat, yang menjual masakan halal, tetapi bukan berasal dari daerah Timur Tengah. Kenapa saya bilang halal? Karena sang penjual berani menuliskan label halal di plang warungnya. Bagi saya, itu merupakan jaminan. Dua warung tersebut, adalah sebagai berikut:

Tuesday, July 09, 2013

Food Heaven in Batam

Sebagai seorang yang beristrikan orang Kepulauan Riau, saya sering sekali mendengar cerita tentang enaknya masakan khas daerah sana, terutama seafoodnya. Dari semua seafood, lebih spesifik lagi, adalah gong gong.
Sebentar, meski namanya gonggong, tetapi jangan khawatir, ini bukan binatang berkaki empat yang suka menjaga rumah dan kencing sembarangan itu, bukan. Tetapi ini adalah sejenis moluska alias binatang bercangkang, yang khas di daerah Kepri. Nama latinnya adalah Strombus turturella. Bentuknya mirip seperti bekicot, hanya di laut.
Pada saat berkesempatan berkunjung ke Batam, saya sempatkan cari makanan olahan gong gong, tetapi, susah sekali. Dua kali ke tempat berbeda, dua kali pula gagal. Alamak. Alasannya, selalu habis. Sedikit sekali stok binatang ini saya pikir. Setelah usaha yang ke tiga, akhirnya berhasil.

Monday, June 17, 2013

Cukup selembar tissue, sekali makan

Ada yang pernah tahu, gambar di samping ini apa? Bukan, ini bukan pispot, tempat orang sakit pipis, tetapi ini adalah tempat tisu. Tempat tisu seperti ini, sangat banyak dijumpai di warung warung makan. Mulai dari warteg, sampai ke warung padang.
Pemilik warung, menyediakan tissue di meja, sebagai bentuk servis kepada tamu, sehingga, tamu merasa lebih praktis. Jika di bibirnya ada kotoran bekas minyak/remah makanan, cukup menyekanya dengan tissue, bukan dengan tangan, lengan baju, lidah, atau malah dengan bibir temannya.
Yang jadi permasalahan adalah, dengan stok tissue yang berlimpah, orang cenderung menghamburkannya. Yang seharusnya bisa dengan sepotong kecil, sekarang mesti dua tiga gulungan telapak tangan, untuk membersihkan. Bahkan, ada satu gejala lain yang cukup sering terjadi, bahkan, piring, sendok pun, sekarang mesti diseka dulu sebelum dipergunakan. Semakin boros lagi dah.