Tuesday, July 12, 2016

Teknologi yang membantu saat mudik 2016


Mudik, ritual tahunan yang dilakukan di sekitar perayaan Iedul Fitri. Sebetulnya bukan hanya pada saat Iedul Fitri saja sih, pada saat Natal dan tahun baru pun, banyak orang yang mudik. Hanya saja, mudik saat Iedul Fitri lebih banyak terekspos, karena melibatkan lebih banyak partisipan.
Mudik 2016, rencana akan dilakukan pada H-2, harapannya, pada H-1 bisa ikut ziarah ke makam bersama keluarga di desa, dan malamnya bisa ikut takbir keliling. Tetapi, karena berita di H-3 mengenai kondisi jalur pantura yang luar biasa parah, akhirnya diundur ke H-1.
Dan, sepertinya keputusan itu tepat. Perjalanan H-1 Jakarta – Semarang, ditempuh 14 jam, termasuk istirahat, dan balik ke Jakarta pada H+4, total 12 jam termasuk istirahat. Saya menyebutnya keputusan hal yang tepat, karena dari berita, banyak yang menempuh lebih dari 24 jam, bahkan 3 hari, untuk mencapai tujuan yang sama dengan saya.

Selama mudik, saya dibantu oleh teknologi, dan mereka adalah:
1. Twitter. Informasi yang saya dapatkan, cukup akurat. Saya memantau kondisi arus jalan, melalui aku twitter Elshinta dan RTCHUBDAT. Selain itu juga melalui tagar #mudik2016. Meski di situs berita online juga ada informasi ini, tetapi saya lebih suka memantau melalui twitter ini
2. Google Maps. Aplikasi ini sangat membantu. Melalui fiturnya yang bisa menampilkan kondisi traffic, minimal kita tahu kondisi jalan raya dan kita bisa memutuskan jalur yang akan kita lewati
3. Nokia Lumia 520. Ini HP sudah lama tidak saya pakai, tetapi untuk mudik
2016 ini, saya ambil lagi dari gudang, dikarenakan locking GPSnya yang akurat dan cepat. HP android saya dan istri yang lebih baru (dan lebih mahal) pun, masih sering loss signal, dan akhirnya malah searching location terus. HP ini saya akui sangat bagus kualitas GPSnya
4. Here Drive. Perjalanan dari Jakarta – Semarang, lepas dari kemacetan di Brebes dan Tegal, dikarenakan apps ini. Begitu akan memasuki daerah Bulakamba yang macet berkilo-kilo, saya diarahkan melewati daerah Luwukragi, tembus ke Slawi. Selanjutnya dari Slawi ke Pemalang melewati jalur Sigentong. Jalanan yang lancar, meski di beberapa bagian berdebu dan tidak beraspal, mempercepat proses perjalanan. Kalau ada minusnya dari aplikasi ini adalah, seringkali dia menyarankan untuk belok ke kanan atau kiri, sedangkan kanan dan kiri jalan itu ternyata adalah pematang sawah, atau malah rumah.
5. Waze. Ini saya pergunakan, saat balik dari Semarang ke Jakarta. Amat sangat membantu, dan saya belum menemukan minus dari apps ini.

No comments:

Post a Comment