Sunday, June 06, 2004

Antara Hasrat, Nyali, dan Suara

Guys, apa yang akan guys lakukan sekiranya di suatu malam yang sepi, di bawah temaram lampu, dan udara yang masih dipenuhi dengan embun, tiba-tiba ada sesosok berstatistik 170 cm, 47 kg, 36B-27-34, yang masih muda, cantik, putih tanpa cela, hanya mengenakan bikini, berambut panjang, waras, dan nyata mendekati guys?
Gemetar? Berkeringat dingin? Diam seribu gerak? Atau malah ngibrit? Semua itu bisa terjadi. Yang jelas, point pertama sampai ketiga itulah yang terjadi pada saya.
Entah, tiba-tiba saja, sosok itu datang, dari mana dia berasal, saya tidak tahu.
Dia semakin dekat, dekat, dan dekat. Sedemikian dekatnya sampai saya bisa mencium aroma Bulgari dari tubuhnya. Kontan, pikiran saya sudah melayang-layang, jatuh ke kampung halaman saya. "Mak, doakanlah anakmu ini biar selamat." 
Lamunan saya buyar seketika saat dia, tiba-tiba, memegang pundak saya. Sambil memutar tubuhnya ke hadapan saya, dia bersenyum dan berkata, "Sendirian saja, Om?" 
Hah? Om? Kok sosok sesempurna itu suaranya mengingatkan saya pada suara Lik Di Semprong, tetangga saya di kampung? Spontan, nalar saya bekerja dan memberi penjelasan, "Ini Latuharhary, monyong! Apa lagi yang ada di sini selain model gituan?" 
Celaka, saya salah mencari lokasi nostalgia. (Saya memang senang memandang pintu air, sebab mengingatkan saya pada pintu air di depan rumah saya). Langsung saya genjot pedal stater, terus bablas, pulang, tidak peduli dia lari mengejar dan berteriak-teriak, "Dasar banci, lu!" Melupakan keanggunannya sekian menit lalu.
Menghadapi teriakannya, saya cuman berpikir, "Lha, yang banci itu sebenarnya aku apa kamu sih, Pakdhe?"
The moral behind the story adalah, kemajuan ilmu sepesat apapun, ternyata tidak akan mampu menyamai ciptaan Tuhan 100%. Coba Mr X di atas, entah udah berapa kilo silikon dia pakai, berapa kali pula operasi dia lakukan, eh, masih saja suaranya kayak Lik Di Semprong

1 comment: