Mudik, ritual
tahunan yang dilakukan di sekitar perayaan Iedul Fitri. Sebetulnya
bukan hanya pada saat Iedul Fitri saja sih, pada saat Natal dan tahun
baru pun, banyak orang yang mudik. Hanya saja, mudik saat Iedul Fitri
lebih banyak terekspos, karena melibatkan lebih banyak partisipan.
Mudik 2016, rencana
akan dilakukan pada H-2, harapannya, pada H-1 bisa ikut ziarah ke
makam bersama keluarga di desa, dan malamnya bisa ikut takbir
keliling. Tetapi, karena berita di H-3 mengenai kondisi jalur pantura
yang luar biasa parah, akhirnya diundur ke H-1.
Dan, sepertinya
keputusan itu tepat. Perjalanan H-1 Jakarta – Semarang, ditempuh 14
jam, termasuk istirahat, dan balik ke Jakarta pada H+4, total 12 jam
termasuk istirahat. Saya menyebutnya keputusan hal yang tepat, karena
dari berita, banyak yang menempuh lebih dari 24 jam, bahkan 3 hari,
untuk mencapai tujuan yang sama dengan saya.
Selama mudik, saya
dibantu oleh teknologi, dan mereka adalah:
1. Twitter.
Informasi yang saya dapatkan, cukup akurat. Saya memantau kondisi
arus jalan, melalui aku twitter Elshinta dan RTCHUBDAT. Selain itu
juga melalui tagar #mudik2016. Meski di situs berita online juga ada
informasi ini, tetapi saya lebih suka memantau melalui twitter ini
2. Google Maps.
Aplikasi ini sangat membantu. Melalui fiturnya yang bisa menampilkan
kondisi traffic, minimal kita tahu kondisi jalan raya dan kita bisa
memutuskan jalur yang akan kita lewati
3. Nokia Lumia 520.
Ini HP sudah lama tidak saya pakai, tetapi untuk mudik
2016 ini, saya
ambil lagi dari gudang, dikarenakan locking GPSnya yang akurat dan
cepat. HP android saya dan istri yang lebih baru (dan lebih mahal)
pun, masih sering loss signal, dan akhirnya malah searching location
terus. HP ini saya akui sangat bagus kualitas GPSnya
4. Here Drive.
Perjalanan dari Jakarta – Semarang, lepas dari kemacetan di Brebes
dan Tegal, dikarenakan apps ini. Begitu akan memasuki daerah
Bulakamba yang macet berkilo-kilo, saya diarahkan melewati daerah
Luwukragi, tembus ke Slawi. Selanjutnya dari Slawi ke Pemalang
melewati jalur Sigentong. Jalanan yang lancar, meski di beberapa
bagian berdebu dan tidak beraspal, mempercepat proses perjalanan.
Kalau ada minusnya dari aplikasi ini adalah, seringkali dia
menyarankan untuk belok ke kanan atau kiri, sedangkan kanan dan kiri
jalan itu ternyata adalah pematang sawah, atau malah rumah.
5. Waze. Ini saya
pergunakan, saat balik dari Semarang ke Jakarta. Amat sangat
membantu, dan saya belum menemukan minus dari apps ini.
No comments:
Post a Comment