Thursday, May 11, 2017

Sepotong Wafle di negeri Tin Tin

Waffle dan Tin Tin, jelas berbeda. Satunya makanan, satunya lagi karakter komik. Membaca komik Tin Tin sambil menikmati manisnya wafle, tentu menyenangkan. Dan, itu yang saya rasakan, saat menggigit remah-remah wafle sambil memandang mural di kota Tin Tin, Brussel.

Sebagian sudut kota ini, dipenuhi dengan mural bergambar karakter komik, dan bukan hanya sekedar coret-coret dengan cat oleh anak-anak STM seperti yang sering dilihat di Manggarai, tetapi terlihat rapi, dan sepertinya dibuat oleh seniman.
Tin Tin dan Kapten Hadock sedang naik tangga
Entah ini siapa, tapi romantis
Tuh, kalau ngapel lewat pintu, kok jendela
Etapi, itu kok laki semua ya?
Ingatan membawa saya ke Semarang, kota kelahiran. Dulu tahun 90an, saat media cetak masih terus bertumbuh dan berjaya, di Semarang ada kelompok kartunis, yang sangat terkenal waktu itu. Ada dua, Secac (Semarang Cartoonist Club), dan Kokkang (Kelompok Kartunis Kaliwungu). Karya dari anggota kedua club ini, seringkali mengisi lembar-lembar rubrik karikatur di media massa nasional. Ini bisa diketahui dari signature yang ada di karikatur. Saya tidak tahu, apakah kedua kelompok itu masih aktif atau tidak saat ini. Hanya, saya tidak ingat pernah melihat ada mural-mural semacam itu.
Lepas dari lamunan tentang kota kelahiran, saya beranjak melangkah ke pusat kota, atau Grote Markt. Tempat ini, mempunyai peran dalam sejarah perkembangan Belgia, dan masuk dalam daftar situs bersejarah UNESCO.
Melihat bentuk bangunannya, saya tidak merasa heran jika banyak karya kreatif muncul di kota ini. Nuansanya membawa suasana kreatif, ya minimal untuk saya, karena sewaktu di Grote Markt ini, pikiran imajinasi saya melayang kemana-mana :D





2 comments:

  1. Replies
    1. Cakep karena kita tidak biasa melihat saja, Mbak. Orang sana kalau lihat gang senggol di Tanah Abang juga kagum kok :)

      Delete