Sunday, July 03, 2016

Service Charge: Tips yang dipaksakan



Kalau semisal sedang makan di restoran, pernahkah memperhatikan struk pembayaran? Sekarang sering kali ada satu item pembayaran di sana, yaitu service charge. Sebetulnya, bukan sekarang saja sih, saya pertama kali ngeh mengenai hal ini sekitar tahun 2007, saat makan di cafe di sekitar Sarinah.
Sepengetahuan saya, Service Charge itu adalah istilah lain dari tips. Karena kalau itu bukan tips, jadinya kok terasa ada yang aneh, restauran hanya menjual makanan dan minuman, juga menyediakan tempat saja. Sedangkan jasa para pekerja di sana (koki, waitress, cleaning service, dll), itu semua berasal dari Service Charge.

Saturday, June 18, 2016

Mengurus sendiri STNK hilang? Siapa takut

Orang bilang, vespa adalah kendaraan anti tilang, maksudnya setiap ada razia, hampir dipastikan selalu diloloskan. Dan, berdasarkan pengalaman saya, beberapa kali saya melewati razia polisi, memang selalu tidak pernah diberhentikan. Entah kenapa.
Karena hal di atas, ditambah jarang ke mall, yang setiap keluar parkir mesti menunjukkan STNK, saya jadi tidak terlalu memperhatikan keberadaan STNK. Selalu yakin kalau surat kecil itu ada di dalam dompet saya. Ternyata, waktu membuka dompet, saat mencari KTP, baru saya ngeh, STNK saya tidak ada. Terbayang, ribetnya proses pengurusan :(
Malamnya, bertanya ke agen jasa pengurusan, dijawab, Rp 350.000, belum termasuk pajak kendaraan (memang sudah saatnya bayar pajak tahunan). Busyet! Tanya ke agen satu lagi, lebih murah sih, tapi tetap saja Rp 270.000, plus pajak. Ketidakrelaan mengeluarkan uang sebesar itu, membuat saya yakin untuk mengurus sendiri saja, dan ternyata mudah, tidak ribet, dan murah, selama syaratnya lengkap.
Oke, berikut kronologis pengurusan saya:

Tuesday, March 15, 2016

Dua keanehan di warung sate kambing Wahab


Sop bening, seporsi sate, dan nasi hangat plus taburan acar

Pernah makan sate kambing? Bisa jadi, 99,9% warga Indonesia, pernah merasakannya, kecuali yang vegetarian sejak lahir. Pada umumnya, sate disajikan berupa potongan daging yang ditusuk dengan batang bambu, atau lidi, atau besi, dan dipanggang di atas bara api. Lalu, apakah potongan daging yang dipanggang masih bisa disebut sate? Menurut Haji Wahab, masih!
Berlokasi di Jl. Imam Bonjol, Kota Tangerang, Wahab mengolah daging kambing menjadi dua varian, sop, dan sate. Tidak seperti umumnya, sate disajikan ke pembeli dalam keadaan sudah dilepaskan dari tusuknya, ditata di atas piring, dan disiram kuah kacang.

Saya tidak tahu, kenapa begitu, tetapi yang jelas, rasanya enak.
Keanehan yang lain, warung ini buka, tidak pas makan siang, tetapi sekitar jam
2 siang, sampai habis. Jadi kalau ingin makan di sini, harap sarapannya dilebihkan, supaya bisa bertahan dua jam lebih lama dari waktu biasanya.
Harganya cukup murah, sop seharga Rp 20.000, dan sate seporsi Rp. 15.000, nasi sepiring Rp 5.000 (?). Cukup mengenyangkan dan tidak boros di kantong.
Untuk anda yang ingin berkunjung di sini, berikut ini adalah link dari google map yang saya save.

Selamat mencoba

Sunday, March 06, 2016

Apa orang Jakarta tidak tahu lezatnya petai cina ya?

Tanaman di bawah ini, sering ditemui sebagai peneduh jalan. Acapkali, berbuah, dan buahnya sering terlihat menghitam karena terlalu lama di pohon, tak ada yang ambil.

Di kampung saya Semarang sana, petai cina (biasanya disebut mlanding), adalah bahan baku masakan botok, emprok, atau malah dimakan mentah begitu saja, dengan campuran sambal kelapa. 
Mantaaaap.