Monday, February 13, 2017

Mencicipi Kopi Luwak di Kebunnya

Luwak lagi bersantai
Luwak atau musang, adalah binatang sejenis dengan kucing. Di kampung saya, musang dikenal sebagai pemakan ayam peliharaan, maka dari itu sering diburu warga. Beberapa jenis luwak, dagingnya wangi. Tapi, itu dulu, di kampung saya. Sekarang, luwak justru jadi salah satu komoditas peningkat nilai jual, di kebun kopi.

Awal Februari lalu, usai berperahu ria di Bedugul, mampir lah kita sekejap di kebun kopi. Sekitar 15 menit dari Bedugul arah ke Denpasar. Ini pertama kalinya pula bagi saya, mampir ke kebun kopi. Sebagai bukan pecandu berat kopi, pengetahuan saya bertambah. Jadi, Arabika itu ada rasa asamnya, dan Robusta itu ada kafeinnya tinggi. Untuk pengidap asam lambung, hindari Arabika, dan kalau mau begadang, minum Robusta. Saya merasa pengetahuan saya sudah cocok untuk membuka kedai kopi.Yang istimewa tentu saja adalah, kopi luwak.
Kiri kanan, kulihat saja, banyak pohon kopinya

Berbagai jenis kopi

Eek Luwak kering
Bubuk kopi luwak


Berbagai jenis kopi dan teh siap diicipin
Kopi ini, berasal dari biji kopi yang dimakan oleh luwak, dan karena bijinya tidak bisa dihancurkan oleh sistem pencernaan luwak, maka biji ini akan terbuang bersamaan dengan ampas makanan lain, melalui feses. Nah, feses inilah yang dikumpulkan, dikeringkan, lalu diolah menjadi bubuk kopi luwak, yang digilai oleh pecinta kopi, dan bukan pecinta kopi, seperti saya.
Pecinta kopi menggilainya, karena rasanya yang enak dan khas. Bukan pecinta kopi mengatakan gila, karena harganya yang mahal, hanya untuk secangkir kecil.
Masuk ke perkebunan kopi ini gratis, tanpa biaya. Bahkan, kita pun bebas untuk mencicipi kopi dan teh yang ada, plus ada kudapan ubi goreng yang hangat. Hanya, kalau kita ingin mencicipi kopi luwak, maka kita akan kena charge 50 ribu per cangkirnya. Teman saya yang penyuka kopi bilang, ini termasuk murah, karena di Jakarta bisa dihargai 150 ribu.
Tapi ada sedikit cerita sedih dari industri ini. Di alam, kopi berbuah dua kali setahun, dan itulah saat luwak memakan biji kopi. Hanya karena alasan industri, di beberapa tempat, luwak diberikan asupan biji kopi sepanjang tahun, yang bisa jadi tidak baik untuk sistem pencernaan mereka :(

Siap minum
Mencicipi kopi luwak

Selesai berputar di kebun, kita pun mencoba kopi luwak ini. Teman saya bilang, ini sangat enak, ditambah gula sedikit.
Sedangkan saya, biasa saja. Maklum bukan pencinta kopi.
Terlepas dari selera saya, wisata agro ini sangat menarik. Selain menikmati nuansa baru, juga mendapatkan tambahan pengetahuan. Tapi ada satu pertanyaan saya yang belum terjawab, siapa yang pertama kali iseng mengolah eek luwak menjadi kopi?



No comments:

Post a Comment