Saturday, August 20, 2016

Di Jakarta, masih relevankah punya mobil pribadi?

Minggu ini, ada event GIAAS (Gaikindo Indonesia International Auto Show), pameran otomotif terbesar di Indonesia, yang dihelat setahun sekali. Dulu, Gaikindo selaku himpunan pabrikan otomotif bekerja sama dengan Dyandra, mengadakan IIMS (Indonesia International Motor Show), tapi per tahun lalu, Gaikindo mengadakan GIAAS sendiri. Lazimnya event pameran mobil, juga ditawarkan promo-promo pembelian mobil yang menarik. Tapi, seberapa relevankah punya mobil di Jakarta ini?

Setiap tahun, event ini berhasil menjual ribuan unit kendaraan (GIIAS 2015 = 17 ribu unit). Bisa jadi, orang menunggu event mobil tahunan ini untuk membeli mobil, sama seperti saya menunggu lebaran untuk beli baju baru, atau WARKOP DKI dulu, menunggu lebaran dan tahun baru untuk release film baru.
Baca juga: Mobil saya hilang :(
Hari minggu lalu, kebetulan mobil di rumah dipinjam saudara, akhirnya saya mengantar Chaca dan Fiya pergi nge gym di Kota Kasablanka, menggunakan Uber. Waktu berangkat mendapatkan Suzuki Ertiga, dan pulangnya mendapatkan Xenia. Total biaya yang dibayarkan Rp. 100.000 (berangkat 56.000, pulang 44.000). Murah banget kan?
Saya bilang murah, karena kalau saya pergi pakai mobil sendiri, untuk parkir saja minimal keluar Rp. 20.000, belum bensin, belum cicilan mobil. :(
Secara matematis begini:









Dari perhitungan di atas, setiap hari saya punya biaya tetap 213 ribuan! Bandingkan dengan seratus ribuan yang saya bayarkan ke Uber. Bisa jadi total yang saya bayarkan, akan lebih murah, karena tidak setiap hari saya pakai mobil. Biaya Uber, saya anggap rata-rata tetap 100 ribuan, karena selama ini, aktivitas pemakaian kendaraan setiap kali jalan, tidak lebih dari 40 km PP.
Tapi kan, kalau punya mobil sendiri, kalau sudah lunas tidak perlu cicilan?
Betul itu. Hanya perlu diingat, waktu beli mobil perlu uang DP, dan biaya asuransi (tabel di atas, asuransi sudah saya bayar lunas dimuka). Kalau pun setelah lunas mobil saya jual, saya hanya akan mendapatkan uang muka plus asuransi tersebut ditambah sedikit kelebihan. Tidak sesuai dengan total biaya harian.
Tapi kan, kalau punya mobil sendiri, mau kemana-mana lebih praktis, tidak perlu repot-repot.
Itu juga betul. Hanya saya rasakan, semakin kesini, dengan semakin banyak penawaran taxi online dan taxi beneran, kita lebih cepat cari kendaraan. Mau pagi, malam, bahkan dini hari pun (saya sering pesan kalau pas ke bandara), selalu tersedia, dengan masa tunggu yang cepat.
Kalau ke luar kota, masa pakai taxi juga?
Ini benar. Kemudahan ini bisa kita dapatkan di Jakarta. Keluar dari itu, akan sulit. Tapi ada solusi, yaitu sewa mobil, kalau pas keluar kota dengan keluarga. Biaya sewa MPV per 24 jam sekarang sekitar 600 ribuan, jadi kalau semisal kita pergi ke luar kota 3 hari saja, anggarkan budget 1,8 juta. Plus bensin, parkir, dan tol, semisal habis 2,5 jutaan. Hei, masalahnya berapa kali per tahun kita pergi keluar kota bersama keluarga?
Tapi kan, kalau naik taxi atau taxi online, kita tidak bisa naik SUV premium setiap saat?
Nah,inilah menurut saya memang tidak bisa diberikan oleh penyedia jasa transportasi umum, pride. Pride is expensive
Berdasar pemikiran di atas, saya sampai pada sebuah kesimpulan, untuk warga yang tinggal di Jakarta dan urban sekitarnya, mempunyai mobil pribadi sudah bukan hal yang relevan lagi. Lebih baik, hitung dengan matang untung ruginya, baru memutuskan perlu atau tidaknya punya mobil. Karena selain hal di atas, satu hal lagi yang cukup menguras pikiran dan mental adalah masalah kemacetan. Dengan naik taxi, kita bisa tidur, bercanda dengan anak, dan sebagainya sebelum sampai di tujuan.


4 comments:

  1. Saya telah memakai Uber dkk sejak jual mobil tahun lalu. Hidup rasanya bebas stres dan tentu saja saya hitung pengeluaran lebih sedikir dibandingkan memelihara mobil. Saya sependapat dengan Anda, hidup di Jakarta tak perlu beli mobil, sewa saja.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul sekali, Pak. Seringkali, fixed cost itu biayanya jauh lebih besar dari variable cost. Pantas saja perusahaan banyak yang mengurangi aset dan menggantinya dengan menyewa ke vendor

      Delete