Wednesday, October 05, 2016

Gawai saat berada dekat anak



Sering kali disebutkan, gawai itu alat yang mendekatkan yang jauh, dan menjauhkan orang yang dekat. Mungkin bisa jadi itu benar. Tapi, bagaimana dengan anak? Apakah gawai juga bisa menjauhkan kita, para orang tua, dengan anak? Kalau ada yang bertanya, pasti jawaban kita adalah tidak, tetapi sering kali sifat kita menunjukkan sebaliknya.
Sebagai warga Metropolitan, di mana suami dan istri sama-sama bekerja, anak-anak setiap harinya praktis hanya di sekolah, dan rumah saja. Kalau di rumah, mereka hanya bersama dengan asisten rumah tangga, dan ibu mertua, nenek mereka. Itu sebabnya, setiap weekend, agenda rutin adalah mengajak mereka berjalan kesana kemari (ya tapi paling sering sih memang ke mall).

Seperti minggu itu, saya ajak mereka ke Kemang Village. Di sana ada mainan untuk anak-anak, di depan toko elektronik. Selagi mereka bermain, ada anak kecil juga yang bermain di sana, dan sehabis bermain, anak kecil itu bercerita sesuatu ke ayahnya, tapi, ayahnya hanya he eh he eh saja, sambil matanya tidak terlepas dari layar gawai.


Sebulan sebelum itu, di tempat gym Chaca, selepas kelasnya, coach datang menghampiri peserta kelasnya. Dan memberikan apresiasi atas kemampuan pesertanya. Tapi orang tua yang anaknya dihampiri, tidak memberikan respons sama sekali,masih terpaku pada gawainya. Praktis coach itu hanya ngobrol saja pada anak latihnya.
Dua contoh yang saya temui di atas, bisa jadi sering kali juga saya lakukan, hanya saya saja yang tidak ngeh. Tapi tekad saya hanya satu, saya ingin menjadi pendengar yang baik untuk keluarga saya. Saya ingin anak-anak saya bisa merasa dekat dengan orang tuanya, dan berteman.
Apabila suatu ketika ada yang melihat saya asyik dengan gawai, pada saat anak-anak saya ingin mengajak saya bermain atau bercerita, tolong ingatkan saya ya.  

No comments:

Post a Comment