Monday, January 11, 2010

Mimpi jadi Artis

Suatu sore, sewaktu saya sedang berjalan di jakarta pusat, tiba-tiba ada seorang ibu yang menyapa dari belakang. "Mas, Mas... Numpang nanya dong."
Sekejap, saya kaget, karena tidak biasanya saya disapa ibu-ibu, dan saat itu juga, saya sedang melamun.
"Iya, ada apa Ibu?"
"Mas, tahu tidak kantornya Multivision?"
"Oh, itu iya, saya tahu Bu. Memang ada apa ya?"
"Tempatnya di mana Mas? Saya mau masukin surat nih, kesana."
"Oh..."

Lost in Jakarta

Jakarta, kota yang sangat penuh dengan manusia, pemukimannya padat, gangnya sempit-sempit, dan jalan rayanya panjang mengular. Meski begitu, satu hal yang saya suka dari Jakarta, yaitu banyak sekali terdapat papan rambu penunjuk jalan, sehingga ibaratnya, bila tersesat di Jakarta tetapi bensin dikendaraan kita masih penuh, maka kita tinggal melihat aja rambu penunjuk jalan, beres dah.

Itu tadi adalah pengalaman saya (dan teman-teman saya juga), sewaktu menjadi pendatang baru di Jakarta ini. Cuma berbekal peta dan mulut, saya tidak pernah tersesat. Paling ditilang polisi gara-gara masuk ke jalur cepat atau masuk ke tol :)

Saturday, March 29, 2008

Ada yang tidak berubah


Sudah 2 tahun lebih sy tdk pernah mudik naik KA, ternyata, meski dollar kursnya berubah, harga minyak dunia melambung, ada yg tetap, tdk berubah.
Ibu ini (entah siapa namanya), sejak pertama sy naik KA tahun 2003, sampai skrg masih saja jualan pisang rebus. Beroperasi sendirian, d jalur Batang - Kendal. Harga jualan tetap sama, 1000 perak all item.
Tak ada yg berubah, cuma fisik kita saja yang menua.
Semoga laris, Bu.
Amin

Saturday, January 01, 2005

Child Memory

Ilustrasi dari Google
Selamat tahun baru semuanya.... Ujan terus ya, sekarang tiap malem. Aku jadi kangen masa-masa waktu kecil, kalo ujan, lari ujan-ujanan sambil telanjang... Asyik kayaknya... Tapi kalau sekarang aku begitu , bisa-bisa cewek di RT ku insomnia semua nih... Duh, pengeeenn banget :'(

Thursday, November 18, 2004

The Quest for Sahur

Menjadi perantauan di negeri sendiri, memang mengasyikan. Terlebih lagi, bila banyak teman satu suku di rantau, wow, sangat indah sekali. Itu pula yang saya rasakan selama berada di Jakarta. Rasanya, seperti di kampung sendiri.
Betapa tidak, mau makan, tinggal ke warteg.
"Yu, sego karo endhog dadar ya. Ngombene es tawar," tinggal ngomong gitu, langsung aja yang jual tanggap.
Kalau pas malem-malem buta kelaparan, tinggal nyetop bakul mie tek tek, terus transaksi dah, "Mas, mie godhog siji. Sing pedhes ya. Nganu, kol karo timunne ditambahi radha akeh!"
Belum di tempat kerja, bahasa daerah saya telah menjadi bahasa resmi kedua di kantor saya setelah bahasa Indonesia dan before English.

Tuesday, November 09, 2004

Mister Universe 2004



Sorry ya... Baru up date. Abis saya lupa id saya.. Happy Ied Fithri ya...

Friday, August 13, 2004

Love Hurt.. Love Pain...

Ilustrasi Google
Guys, Nazareth pernah mempopulerkan lagu tersebut puluhan tahun silam. Tetapi kemarin, pas saya dengerin lagu itu, rasanya masih asyik untuk dipertimbangkan lagi kelayakannya temanya.
Versi terbaru, dibawakan oleh Ti Pat Kay "Memang begitulah cinta, deritanya tiada akhir..". (Tahu kan? Itu, yang di Kera Sakti).
Nah, kayaknya tema itu bener banget dah... Gara-gara fallin, aku terpaksa ngebela-belain nonton konser Indonesian Idol di RCTI yang tiketnya saja ngabisin duit seharga Rp. 150rb!!
Parahnya, aku terpaksa bawa poster bertuliskan "Hidup Joy!!!"
Bah,... tapi tidak apa-apa, yang penting happy...
Tapi satu hal yang jelas, cinta itu buta. Buktinya, kenapa pula Sophia Latjuba memilih Michael dibandingkan aku? Nah, kalau tidak buta, harusnya bisa memilih dong.... Oh, Sophia... Sophia......

p.s.: Sorry, baru on line lagi...

Saturday, June 26, 2004

Journey To The Past

Guys, barusan saya ke Yogyakarta, lewat Ungaran, Temanggung, dan Magelang. Kota-kota tadi, masih saja indah, seperti saat saya melewatinya sekian bulan silam. Masih terbentang di kiri-kanan hutan-hutan, dan di bunderan Kolombo, Yogya juga masih ada demo mahasiswa (entah apa lagi tema yang diusung). 
Pokoknya, cukup membuat "shock" karena sudah terbiasa menghirup udara Jakarta yang hampir saja membuat saya merasa malu.
Sewaktu makan soto di depan Wisma GM, biaya yang harus saya keluarkan, membuat saya cukup panik waktu itu. Bayangkan saja, saya memesan nasi soto ayam dengan minuman segelas es teh manis, ternyata harganya cuma Rp 3500,-.
Dengan enteng, saya keluarkan duit sambil tersenyum, "niki Pak."
"Waduh Mas, apa tidak ada duit kecil? Kita tidak ada kembaliannya."
Saya cemas, karena di kantong saya duit kecil cuman 1000 perak.
"Ngapunten, tidak ada itu Pak."
Setengah terpaksa, bakul soto tadi menerima duit saya terus puter ke sana ke sini nukerin duit. Lima menit kemudian, dia datang dengan muka agak bersalah.
"Mas, saya tukar tapi tidak ada yang punya. Ya udah, kalau emang tidak ada, bawa saja dulu uangnya, entar saja di bayarnya," katanya masih dengan keramahan khas Jawa.
Alamak, emang kapan lagi saya ke Yogya? Apa saya musti ke Yogya cuman buat nganterin 3500 doang?
Sambil berkeringat dingin, saya cari-cari lagi di seluruh pojok pakaian saya, ditambah juga di seluruh sudut tas butut yang saya bawa. "Sekedap nggih, Pak," kata saya kepada bakul soto tadi.
Untung, ketemu juga akhirnya uang 3500 rupiah terdiri dari seribu satu lembar, sisanya koin lima ratusan dan cepekan.
Tetapi bagaimanapun juga, mahasiswi-mahasiswi di Yogya masih cukup menarik, sayang saya tidak punya cukup waktu untuk menikmati daya tarik tersebut.  
Tapi satu hal yang jadi pertanyaan saya, kenapa setiap melewati rute tersebut, pasti turun hujan meski di tengah musim kemarau seperti sekarang? Brrr, segar... 
 

Sunday, June 13, 2004

Dualisme wanita

Guys, ada dualisme di segala sesuatu, tetapi yang paling membingungkan
adalah dualisme pada diri wanita. Bagaimana mereka bisa sedemikian
charmingnya saat pre married dan demikian menakutkan saat post married?
Seorang teman saya, sebut saja Mr X, setiap makan bareng ceweknya pasti
dia yang ngebayarin. Seberapa pun mahalnya, pasti tetep aja dia yang
keluar duit.
"Jangan-jangan dia kecil kurus kering gitu karena duitnya abis buat
ceweknya kali ya?" pernah pikir saya seperti itu..
Kembali ke teman saya. Ternyata mereka sudah ada semacam kesepakatan.
Cowok ngebayarin, nah ceweknya, kadang nyuciin bajunya si cowok,
nyetrikain, bahkan kalau kamarnya Mr X berantakan, dia pula yang
ngerapiin. Ah, sooo sweeeet...
Waktu saya tanya temen saya, dia bilang ,"Saya hanya ingin dia belajar
kelak bagaimana jadi ibu yang baik."
"Eh, kamu kapan mau apel lagi? Ntar kasih tau ya."
"Besok malam Sabtu. Emang ngapa?"
"Nih, buat tambahan bekel apel," kataku sambil ngasih duit 20 rb.
"Tapi entar, kalau aku punya baju kotor titip bisa ya?" tanya saya sambil
ngedip-ngedipin mata. Tapi belum sampai pada kedipan ke 20, aku langsung
lari. Habisnya dia langsung melotot sambil ancang-ancang ngelempar sandal
Eigernya.
Ah, benar-benar so sweet...
Saya juga pernah sedikit shock saat makan sate bareng seorang teman wanita
saya di pematang sawah di Bekasi sana. Suasana warung yang tenang,
ditingkahi suara katak yang bersautan, rusak seketika saat saya sadar
kalau dia mengambilkan saya garpu dan sendok. Hal yang juga pernah terjadi
saat ada cewek yang nyuciin jaket saya (Hallo Septi, apa kabarmu
sekarang?). So sweet bener dah..
Nah, charming bener khan? Tapi kalau udah nikah, wih, jangan tanya dah.
Mau contoh, temen kantor saya, Jumat kemarin masuk kerja denga kepala
botak. Usut punya usut, ternyata istrinya yang lagi hamil pengen ngelihat
suaminya botak! Lebih parah lagi, tadi siang, saya lihat teman saya tadi
termangu-mangu di depan pintu rumahnya. Ternyata, di dalam rumah, istrinya
lagi ngamuk gara-gara ngebet pengen naik bus way tapi tidak kesampaian....
Duh Gusti, selamatkanlah hambamu ini dari kekejaman wanita.....

Sunday, June 06, 2004

Antara Hasrat, Nyali, dan Suara

Guys, apa yang akan guys lakukan sekiranya di suatu malam yang sepi, di bawah temaram lampu, dan udara yang masih dipenuhi dengan embun, tiba-tiba ada sesosok berstatistik 170 cm, 47 kg, 36B-27-34, yang masih muda, cantik, putih tanpa cela, hanya mengenakan bikini, berambut panjang, waras, dan nyata mendekati guys?
Gemetar? Berkeringat dingin? Diam seribu gerak? Atau malah ngibrit? Semua itu bisa terjadi. Yang jelas, point pertama sampai ketiga itulah yang terjadi pada saya.
Entah, tiba-tiba saja, sosok itu datang, dari mana dia berasal, saya tidak tahu.
Dia semakin dekat, dekat, dan dekat. Sedemikian dekatnya sampai saya bisa mencium aroma Bulgari dari tubuhnya. Kontan, pikiran saya sudah melayang-layang, jatuh ke kampung halaman saya. "Mak, doakanlah anakmu ini biar selamat." 
Lamunan saya buyar seketika saat dia, tiba-tiba, memegang pundak saya. Sambil memutar tubuhnya ke hadapan saya, dia bersenyum dan berkata, "Sendirian saja, Om?" 
Hah? Om? Kok sosok sesempurna itu suaranya mengingatkan saya pada suara Lik Di Semprong, tetangga saya di kampung? Spontan, nalar saya bekerja dan memberi penjelasan, "Ini Latuharhary, monyong! Apa lagi yang ada di sini selain model gituan?" 
Celaka, saya salah mencari lokasi nostalgia. (Saya memang senang memandang pintu air, sebab mengingatkan saya pada pintu air di depan rumah saya). Langsung saya genjot pedal stater, terus bablas, pulang, tidak peduli dia lari mengejar dan berteriak-teriak, "Dasar banci, lu!" Melupakan keanggunannya sekian menit lalu.
Menghadapi teriakannya, saya cuman berpikir, "Lha, yang banci itu sebenarnya aku apa kamu sih, Pakdhe?"
The moral behind the story adalah, kemajuan ilmu sepesat apapun, ternyata tidak akan mampu menyamai ciptaan Tuhan 100%. Coba Mr X di atas, entah udah berapa kilo silikon dia pakai, berapa kali pula operasi dia lakukan, eh, masih saja suaranya kayak Lik Di Semprong

Saturday, June 05, 2004

Complete Guide How to Spend U'r Weekend

Guys, weekend lagi nih.. Biasanya kalo week end pada ngapain sih? Berikut ini adalah sedikit panduan, semoga week end guys bisa lebih berkualitas:
1. Clubbing, Raving, atau apalah namanya
    Nongkrong di tempat ginian, cocok buat orang tertentu tapi sangat tidak cocok bagi sebagian yang lain. Begitu masuk, kita kena charge terlebih dahulu, besarnya bervariasi. Tidak ada live music, hanya DJ yang memanaskan suasana. Suasana bisa lebih panas lagi kalau ada goyangan cewek-cewek sexy berbusana kulit hitam di atas meja. Pfuihh... 
Tapi konon, banyak pengunjung yang masuk Jumat malam, baru keluar Senin pagi. Kenapa mereka kuat? Ya tentu aja karena ada "doping". Mereka itulah "Raver Sejati"
2. Cafe
    Nah, bagi yang suka musik, datang aja ke cafe. Tidak ada cover charge, cuman bagi mereka yang biasa nongkrong di warteg atawa warung Padang, jangan kaget dah. Harga makanannya bisa lipatan kali. 
Meski enak, saya punya pengalaman yang cukup mendebarkan di sebuah cafe kawasan pusat kota. Entah kenapa, setiap kali mengantar menu, mengantar pesanan, atau mengambil piring kotor, sang waitress seperti tidak sengaja, menyentuh tubuh saya. ALAMAK..
Coba, bisa guys bayangkan perasaan bujang matang normal seperti saya bila ada gadis berbetis putih penuh dengan kaos ngatung melakukan hal semacam itu? Akhirnya, saya cepat-cepat pulang aja dah, tidur... Ah, Jakarta memang lebih kejam dari ibu tiri.
3. Nyuci dan Nyetrika
    Nah, ini adalah favorit saya. Dari pada kelayapan kemana-mana khan, mending nyuci dan nyetrika sambil ndengerin El Gangga (Radionya Orang Bekasi) lewat radio 2 band merek Blue Sky. Wihh...
4. Mabit alias Dauroh...
    Saya sebenarnya seneng ke acara beginian. Cuman, kalau dah nyampai di tempat, jadi malas masuk. Pengennya duduk di pintu aja, ngelihatin akhwat-akhwat lewat. Trus kalo udah masuk, bukannya baca doa belajar, malah baca "Allahumma bismika ahya wa amuutu". Nah lho, kasih saran dong...  

Sexy dan Basah

Sexy dan Basah   
 
Guys, pernah nggak merhatiin foto-foto atau gambar-gambar di koran, majalah, atau di mana aja tapi yang isinya tentang cewek sexy? Ternyata, dari mereka semua bisa ditarik satu kesimpulan, yaitu: Kalau mau menggambarkan kesexyan, guyurlah dulu tuh cewek sebelum di foto.
Saya merasa, hal itu sudah menjada rahasia umum. Buktinya, waktu aku masih kuliah puluhan tahun lampau, kalau abis ujan, pasti dah teman-temanku pada nongkrong di pinggir jalan. Kenapa nongkrong? Cuman buat liat cewek abis pulang kerja yang kehujanan. Nah lo..
Tapi, apa benar sih air bisa menonjolkan kesexy-an? Nah, ini perlu pemikiran dan telaah lebih lanjut. Seumpama, ceweknya itu adalah Omas, atau anggota suku terpencil di gurun Kalahari sana, apakah masih ada yang mikir tentang sexy? Saya yakin pasti ada, meskipun cuman atu atau dua. Tapi, kalau ceweknya itu kaya Sarah Azhari, Diana Zubiri, atau Titi Kamal, yakin deh, mereka diguyur pake pasir yang kering pun, pasti bakalan banyak yang bilang sexy. Kenapa ya? Apa karena mereka itu emang sexy beneran? Au ah gelap....

Wednesday, May 19, 2004

tragedi kerupuk

Seharusnya, tinggal di hotel bintang 5, sebut saja IMP, membuat perasaan menjadi nyaman dan tenteram. Itu benar, tetapi tidak saat makan dan "natural break" tiba.
Betapa tidak, membaca nama makanan yang dihidangkan saja membuat saya kehilangan nafsu, apalagi melihat bentuknya, wuihh... Pertama kedua sih, emang enak. Tapi kalau tiga hari melihat hal yang serupa?.... Perut dan lidah saya pun menjerit,"TEMPEEEE, KERUPUUUUKKK, WHERE ARE YOUUUU?"
Parahnya lagi, saat natural break, toiletnya tidak ada air, musti pakai tissue. Bah, cem mana pula ini? Emangnya aku lagi di lereng gunung Ungaran? Di kampungku aja, anak kecil juga tahu kalau membilas itu pakai air, ini, disuruh pakai tissue..
Omong-omong soal hotel, IMP ini memang bagus sekali tatanan ruangan dan pelayanan. Lebih bagus dari semua hotel sekelas yang pernah saya tempati, tapi, kalau masalah toilet, tetep, paling bagus adalah hotel BRBDR di Lap. Banteng. Gile, saking nyamannya tu toilet, aku ampe bisa tidur di dalamnya.
Tapi buat yang sedikit "nakal", paling cocok saya rekomendasikan hotel SB atau IP. Kenapa? Karena kalau malam sering diputer film "Unyil" yang bikin geli, hi hi hi....
Kalau buat yang "nakal" banget sih, saya ndak tahu.... Sorry....

Sunday, April 04, 2004

Salah sangka

Sunday, April 04, 2004

Dear Blogger, pernah nggak sih, ngerasa curiga sama orang, tetapi yakin kalau kecurigaan itu emang benar-benar bakal terjadi?
Aku pernah. Ceritanya begini:
Senin (29/4) pukul 05.45 WIB kemarin, aku mau pergi ke tempat temenku di Cempaka Putih. Celakanya, dari Senen, bukannya naik bus yang lewat Cempaka Mas, justru malah naik jurusan Tanjung Priok. Dari sinilah kecurigaan itu mulai.
Tepat selepas melintasi rel kereta, naik seorang pemuda. Bodynya sih, biasa aja, tapi tampangnya serem banget. Di bus yang cuman keisi 6 orang itu, dia duduk dua kursi di depanku. Anggapanku kalau dia itu preman, makin nyata kala kondektur minta duit. Atu-atunya penumpang yg kagak dimintai duit Cuma dia seorang.
Suddenly, he spotted me. My heart speed must be around 500 bpm (beep per minute) that time. Plus, he moved toward me. Wow, I was shuddering. Dia buka percakapan dgn aku:
He : “Mau ke Priok, Mas?”
Me : :”Oh, kagak. Aku mau ke Cempaka Putih..”
Dia diam saja, sambil matanya itu, terus menatapku. Kontan, fikiranku melayang ke banyak kisah TKW dalam koran kriminal.
“Wah, jangan-jangan dia ini sindikat preman yang suka nyelundupin orang ke luar negeri. Kalau benar gitu, bisa gawat nih.”
“Bisa jadi, aku saat ini mau digendam. Kalau udah kena, aku bakalan di perkosa, dirampas barang-barangku, terus diselundupin ke Malaysia nih..”
“Ah, mana mungkin. Aku kan cowok, mana mungkin dia mau perkosa aku?”
“Lho, mungkin aja. Kali aja dia terkena sindrom Robot Gedhek?”
“Iya ya…”
“Jelas iya. Abis diperkosa, barang-barangmu bakalan diambil, buat dijual di Pasar Senen, terus lu dibius dan diselundupin deh ke Malaysia!!”
Waaaaaaaa……..
Tiba-tiba aja, setelah lewat Galur, dia ngomong:
He :“Ini tidak lewat Cempaka Putih. Tapi ke Priok!”
Balas saya tidak mau kalah (Still shuddering)
Me : “Ochh, saiyach maaaau mammpirr duluh keh Timah.”
Begitu nyampe perempatan Timah, untung lampu traffic menyala merah. Langsung aku lompat turun dari bus. Duh, slamet..
Tapi kini, aku nyesel juga. Jangan-jangan dia bukan preman, dia cuman pengen ngobrol. Jangan-jangan, dia cuman pengen cari temen. Jangan-jangan, jangan-jangan…
Buat Mas yang ngerasa, (kali aja mbaca), siapa pun anda, sorry ya.
Buat yang lain, duh, berprasangka jelek itu tidak baik ya…