Sunday, July 28, 2013

Memotret dengan tablet?

Ada yang tidak tahu, gambar di sebelah ini namanya apa? Saya yakin, 99,999999% pasti tahu, gambar di sebelah ini adalah smartphone tablet. Bahkan mungkin tidak hanya tahu, tapi mungkin anda juga punya. Eit, bukan hanya anda, tetapi saya juga punya lho. Hari gini gitu loch.
Tablet ini, sangat membantu dalam aktivitas harian, seperti berkomunikasi via email, presentasi yang lebih simple (dulu kan harus pakai laptop), editing data dan gambar, melihat video, main games,dan lain sebagainya. Masih banyak lagi motif orang membeli tablet seperti ini, tentu saja  disesuaikan dengan kebutuhan tiap individu. Bahkan, apabila ada orang yang membeli tablet hanya untuk lifestyle, itu sah saja kok.

Monday, July 22, 2013

Warung Halal di Pattaya

Selain perkara sholat, perkara makan juga menjadi hal yang cukup rumit, bila berkunjung ke negara yang non muslim, seperti di sini. Meski, banyak sekali tempat makan yang menggiurkan, tetapi melihat banyak sekali tulisan pork, jadi serem juga. Lebih celaka lagi, 99.99999% tulisan, menggunakan huruf Thailand. Nah loh.
Di Pattaya, ada beberapa tempat makan, yang menggunakan tulisan huruf Arab. Ini wajar, mengingat banyak sekali turis dari wilayah Arab, yang berkunjung ke sini. Namun, masakan yang dijual juga, kebanyakan menu khas daerah sana, yang bagi saya, belum tentu cocok. 
Akhirnya, mencari tempat makan yang halal, dan cocok di lidah, adalah petualangan tersendiri bagi saya. 
Selama di Pattaya, saya menemukan dua tempat, yang menjual masakan halal, tetapi bukan berasal dari daerah Timur Tengah. Kenapa saya bilang halal? Karena sang penjual berani menuliskan label halal di plang warungnya. Bagi saya, itu merupakan jaminan. Dua warung tersebut, adalah sebagai berikut:

Friday, July 19, 2013

Masjid Salamatullah, Sri Racha, Conburi

 Sebagai seorang muslim, bepergian ke Negara dengan mayoritas penduduknya yang non muslim, menciptakan sebuah kendala tersendiri. Mulai dari segi makanan, hingga pelaksanaan ibadah yang harus dilakukan, setidaknya lima kali sehari. Seperti hari ini.
Meski di Pattaya terdapat lima buah masjid, tetapi letak kantor saya yang terletak 30 menit dari Pattaya, cukup menyulitkan untuk menuju ke sana. Lagi pula, ini adalah Jumat pertama saya di sini, di mana saya belum terlalu hafal arah jalan. Harapan yang paling utama, adalah mencari masjid yang terletak di dekat kantor. Dan, berdasarkan petunjuk aplikasi local, dari android saya, ada masjid yang bernama Salamatullah, terletak hanya 15 menit, atau 5,2 km dari kantor. Okelah, masjid ini akan menjadi tempat langganan saya selama berada di sini.

Tuesday, July 09, 2013

Food Heaven in Batam

Sebagai seorang yang beristrikan orang Kepulauan Riau, saya sering sekali mendengar cerita tentang enaknya masakan khas daerah sana, terutama seafoodnya. Dari semua seafood, lebih spesifik lagi, adalah gong gong.
Sebentar, meski namanya gonggong, tetapi jangan khawatir, ini bukan binatang berkaki empat yang suka menjaga rumah dan kencing sembarangan itu, bukan. Tetapi ini adalah sejenis moluska alias binatang bercangkang, yang khas di daerah Kepri. Nama latinnya adalah Strombus turturella. Bentuknya mirip seperti bekicot, hanya di laut.
Pada saat berkesempatan berkunjung ke Batam, saya sempatkan cari makanan olahan gong gong, tetapi, susah sekali. Dua kali ke tempat berbeda, dua kali pula gagal. Alamak. Alasannya, selalu habis. Sedikit sekali stok binatang ini saya pikir. Setelah usaha yang ke tiga, akhirnya berhasil.

Sunday, July 07, 2013

Awan itu Indah

Naik pesawat terbang, adalah hal yang sangat mengerikan bagi saya, ya, at least, sampai dua tahun yang lalu. Karena, sebagai manusia biasa yang awam dan macho, saya mempunyai fikiran, jika Tuhan menginginkan manusia untuk terbang, pasti Dia akan memberikan kita sepasang sayap. Bukan hanya sepasang kaki, dan sepasang tangan.
Awan yang indah bukan? 
Pengalaman pertama naik pesawat terbang bagi saya, tahun 2004. Saat itu, saya terpaksa naik pesawat, dikarenakan rapat tahunan perusahaan, yang diadakan di kota Lombok, dan Bali. Akibatnya, saya harus merasakan naik pesawat untuk pertama kalinya. Perasaan saya pertama kali menginjak kabin pesawat, cukup menakutkan. Suara bising dari mesin, ditambah arahan safety guide dari pramugari, membuat saya semakin panik. Tak berapa lama, pesawat pun take off, dan miring-miring untuk mengatur arah perjalanan.

Saturday, June 29, 2013

Iseng-iseng mengukur arah kiblat

Tidak sengaja, blogwalking, dan nyasar ke blog ini. Penampakan blognya sederhana saja, desain biasa saja, tidak terlalu eye catching. Tetapi meski begitu, saya betah berlama-lama membaca informasi yang diberikan di sana. Informasi tentang cara menentukan arah kiblat, dengan sederhana, baik dengan arah bayangan matahari, ataupun dengan alat yang murah meriah.
Sebagai Muslim, saya tidak terlalu memperhatikan mengenai arah kiblat ketika sholat sebetulnya. Dalam pikiran saya, karena Islam adalah mayoritas agama di Indonesia, semua tempat pasti ada musholla, dan di musholla, sudah ada arah sajadah/penunjuk arah kiblat. Tinggal mengikuti saja, praktis.

Monday, June 17, 2013

Cukup selembar tissue, sekali makan

Ada yang pernah tahu, gambar di samping ini apa? Bukan, ini bukan pispot, tempat orang sakit pipis, tetapi ini adalah tempat tisu. Tempat tisu seperti ini, sangat banyak dijumpai di warung warung makan. Mulai dari warteg, sampai ke warung padang.
Pemilik warung, menyediakan tissue di meja, sebagai bentuk servis kepada tamu, sehingga, tamu merasa lebih praktis. Jika di bibirnya ada kotoran bekas minyak/remah makanan, cukup menyekanya dengan tissue, bukan dengan tangan, lengan baju, lidah, atau malah dengan bibir temannya.
Yang jadi permasalahan adalah, dengan stok tissue yang berlimpah, orang cenderung menghamburkannya. Yang seharusnya bisa dengan sepotong kecil, sekarang mesti dua tiga gulungan telapak tangan, untuk membersihkan. Bahkan, ada satu gejala lain yang cukup sering terjadi, bahkan, piring, sendok pun, sekarang mesti diseka dulu sebelum dipergunakan. Semakin boros lagi dah.

Friday, June 14, 2013

Tiga Kebiasaan Baik, yang Mulai Hilang

Perkembangan teknologi, membawa banyak sekali perubahan, mulai dari yang haram jadah, sampai berbau sajadah, ada semua. Amazing...
Banyak kebiasaan atau hal, yang mulai tergantikan akibat perkembangan teknologi ini. Maka, jangan sampai heran, apabila kelak, kita disebut gaptek atau norak oleh anak cucu, hanya karena kita tidak mengetahui perkembangan yang ada.
Saya mencatat, ada banyak hal yang baik, yang sekarang mulai tergeser. Berikut, saya tulis tiga diantaranya:


indiamart.com
1. Sapu tangan
Semua pasti tahu bentuk dan fungsi sapu tangan, tapi kalau ditanya, siapa yang masih membawa sapu tangan? Saya yakin, sebagian besar tidak membawanya. Apalagi kok membawa, saya yakin, kalau suruh beli, pasti juga bingung, toko mana yang jual. Sekarang, orang lebih suka bawa tissue basah, karena kalau tissue kering, sudah pasti disediakan di tempat makan, tinggal pakai. Satu hal yang orang mungkin lupa, tissue terbuat dari pohon. Semakin banyak kita menggunakan tissue, maka semakin banyak pohon yang ditebang. Jadi, hal paling sederhana yang bisa kita lakukan untuk menjaga lingkungan adalah, kurangi pemakaian tissue, dan bawalah sapu tangan.

Sunday, June 09, 2013

Dogtag, ID yang selalu melekat di diri kita

Saya yakin, semua orang mempunyai ID card, entah itu KTP, SIM, atau sekarang kartu Jamkesmas (buat warga DKI Jakarta). Bahkan, meski sudah punya itu semua, kalau kita bekerja, kantor masih tetap merasa perlu untuk membekali pegawainya dengan ID pegawai.
Meski sudah punya itu semua, buat saya, masih ada yg kurang satu, yaitu dogtag. Dogtag ini, artinya bukan tag yang dipakai oleh anjing, bukan! Tetapi kalung dengan ID kita yang terukir di bandulnya/pendant.
Dogtag

Kenapa menurut saya perlu?

Saturday, December 31, 2011

Tahun Baru dan maling mobil

__________________________
image
Sekarang tanggal 31 Desember 2011, hari terakhir di bulan terakhir setiap tahun. Biasanya sih, hari ini ditunggu dengan antusias oleh seluruh pekerja Indonesia, tetapi tahun ini antusiasmenya berkurang. Soalnya, pas jatuh di hari Sabtu, akibatnya hari libur yang harusnya nambah, jadi tetap. Apes dah

Biasanya juga nih, setiap akhir tahun begini, pasti saya sejak sore dah siap muter2 kota, monas, mangga besar, thamrin, dan sekitarnya. Cuma tahun ini terpaksa tidak. Gara-gara ulah profesi manusia yang bernama maling mobil.

Jadi, ceritanya begini, tanggal 11 Desember lalu, mobil yang tersimpan rapi di garasi, hilang. Kondisi pagar pagi itu, sudah terbuka lebar. Tidak mungkin kan, itu mobil tiba2 lumer kena air hujan terus serpihannya hanyut masuk ke comberan. Soalnya terakhir di cek, itu mobil masih terbuat dari besi, bukan dari terigu. Lebih celaka lagi, di dalam itu mobil banyak barang yg lain, salah satunya kunci rumah saudara yg lagi di perbaiki. Apes lagi

Monday, January 11, 2010

Mimpi jadi Artis

Suatu sore, sewaktu saya sedang berjalan di jakarta pusat, tiba-tiba ada seorang ibu yang menyapa dari belakang. "Mas, Mas... Numpang nanya dong."
Sekejap, saya kaget, karena tidak biasanya saya disapa ibu-ibu, dan saat itu juga, saya sedang melamun.
"Iya, ada apa Ibu?"
"Mas, tahu tidak kantornya Multivision?"
"Oh, itu iya, saya tahu Bu. Memang ada apa ya?"
"Tempatnya di mana Mas? Saya mau masukin surat nih, kesana."
"Oh..."

Lost in Jakarta

Jakarta, kota yang sangat penuh dengan manusia, pemukimannya padat, gangnya sempit-sempit, dan jalan rayanya panjang mengular. Meski begitu, satu hal yang saya suka dari Jakarta, yaitu banyak sekali terdapat papan rambu penunjuk jalan, sehingga ibaratnya, bila tersesat di Jakarta tetapi bensin dikendaraan kita masih penuh, maka kita tinggal melihat aja rambu penunjuk jalan, beres dah.

Itu tadi adalah pengalaman saya (dan teman-teman saya juga), sewaktu menjadi pendatang baru di Jakarta ini. Cuma berbekal peta dan mulut, saya tidak pernah tersesat. Paling ditilang polisi gara-gara masuk ke jalur cepat atau masuk ke tol :)

Saturday, March 29, 2008

Ada yang tidak berubah


Sudah 2 tahun lebih sy tdk pernah mudik naik KA, ternyata, meski dollar kursnya berubah, harga minyak dunia melambung, ada yg tetap, tdk berubah.
Ibu ini (entah siapa namanya), sejak pertama sy naik KA tahun 2003, sampai skrg masih saja jualan pisang rebus. Beroperasi sendirian, d jalur Batang - Kendal. Harga jualan tetap sama, 1000 perak all item.
Tak ada yg berubah, cuma fisik kita saja yang menua.
Semoga laris, Bu.
Amin

Saturday, January 01, 2005

Child Memory

Ilustrasi dari Google
Selamat tahun baru semuanya.... Ujan terus ya, sekarang tiap malem. Aku jadi kangen masa-masa waktu kecil, kalo ujan, lari ujan-ujanan sambil telanjang... Asyik kayaknya... Tapi kalau sekarang aku begitu , bisa-bisa cewek di RT ku insomnia semua nih... Duh, pengeeenn banget :'(

Thursday, November 18, 2004

The Quest for Sahur

Menjadi perantauan di negeri sendiri, memang mengasyikan. Terlebih lagi, bila banyak teman satu suku di rantau, wow, sangat indah sekali. Itu pula yang saya rasakan selama berada di Jakarta. Rasanya, seperti di kampung sendiri.
Betapa tidak, mau makan, tinggal ke warteg.
"Yu, sego karo endhog dadar ya. Ngombene es tawar," tinggal ngomong gitu, langsung aja yang jual tanggap.
Kalau pas malem-malem buta kelaparan, tinggal nyetop bakul mie tek tek, terus transaksi dah, "Mas, mie godhog siji. Sing pedhes ya. Nganu, kol karo timunne ditambahi radha akeh!"
Belum di tempat kerja, bahasa daerah saya telah menjadi bahasa resmi kedua di kantor saya setelah bahasa Indonesia dan before English.

Tuesday, November 09, 2004

Mister Universe 2004



Sorry ya... Baru up date. Abis saya lupa id saya.. Happy Ied Fithri ya...

Friday, August 13, 2004

Love Hurt.. Love Pain...

Ilustrasi Google
Guys, Nazareth pernah mempopulerkan lagu tersebut puluhan tahun silam. Tetapi kemarin, pas saya dengerin lagu itu, rasanya masih asyik untuk dipertimbangkan lagi kelayakannya temanya.
Versi terbaru, dibawakan oleh Ti Pat Kay "Memang begitulah cinta, deritanya tiada akhir..". (Tahu kan? Itu, yang di Kera Sakti).
Nah, kayaknya tema itu bener banget dah... Gara-gara fallin, aku terpaksa ngebela-belain nonton konser Indonesian Idol di RCTI yang tiketnya saja ngabisin duit seharga Rp. 150rb!!
Parahnya, aku terpaksa bawa poster bertuliskan "Hidup Joy!!!"
Bah,... tapi tidak apa-apa, yang penting happy...
Tapi satu hal yang jelas, cinta itu buta. Buktinya, kenapa pula Sophia Latjuba memilih Michael dibandingkan aku? Nah, kalau tidak buta, harusnya bisa memilih dong.... Oh, Sophia... Sophia......

p.s.: Sorry, baru on line lagi...

Saturday, June 26, 2004

Journey To The Past

Guys, barusan saya ke Yogyakarta, lewat Ungaran, Temanggung, dan Magelang. Kota-kota tadi, masih saja indah, seperti saat saya melewatinya sekian bulan silam. Masih terbentang di kiri-kanan hutan-hutan, dan di bunderan Kolombo, Yogya juga masih ada demo mahasiswa (entah apa lagi tema yang diusung). 
Pokoknya, cukup membuat "shock" karena sudah terbiasa menghirup udara Jakarta yang hampir saja membuat saya merasa malu.
Sewaktu makan soto di depan Wisma GM, biaya yang harus saya keluarkan, membuat saya cukup panik waktu itu. Bayangkan saja, saya memesan nasi soto ayam dengan minuman segelas es teh manis, ternyata harganya cuma Rp 3500,-.
Dengan enteng, saya keluarkan duit sambil tersenyum, "niki Pak."
"Waduh Mas, apa tidak ada duit kecil? Kita tidak ada kembaliannya."
Saya cemas, karena di kantong saya duit kecil cuman 1000 perak.
"Ngapunten, tidak ada itu Pak."
Setengah terpaksa, bakul soto tadi menerima duit saya terus puter ke sana ke sini nukerin duit. Lima menit kemudian, dia datang dengan muka agak bersalah.
"Mas, saya tukar tapi tidak ada yang punya. Ya udah, kalau emang tidak ada, bawa saja dulu uangnya, entar saja di bayarnya," katanya masih dengan keramahan khas Jawa.
Alamak, emang kapan lagi saya ke Yogya? Apa saya musti ke Yogya cuman buat nganterin 3500 doang?
Sambil berkeringat dingin, saya cari-cari lagi di seluruh pojok pakaian saya, ditambah juga di seluruh sudut tas butut yang saya bawa. "Sekedap nggih, Pak," kata saya kepada bakul soto tadi.
Untung, ketemu juga akhirnya uang 3500 rupiah terdiri dari seribu satu lembar, sisanya koin lima ratusan dan cepekan.
Tetapi bagaimanapun juga, mahasiswi-mahasiswi di Yogya masih cukup menarik, sayang saya tidak punya cukup waktu untuk menikmati daya tarik tersebut.  
Tapi satu hal yang jadi pertanyaan saya, kenapa setiap melewati rute tersebut, pasti turun hujan meski di tengah musim kemarau seperti sekarang? Brrr, segar... 
 

Sunday, June 13, 2004

Dualisme wanita

Guys, ada dualisme di segala sesuatu, tetapi yang paling membingungkan
adalah dualisme pada diri wanita. Bagaimana mereka bisa sedemikian
charmingnya saat pre married dan demikian menakutkan saat post married?
Seorang teman saya, sebut saja Mr X, setiap makan bareng ceweknya pasti
dia yang ngebayarin. Seberapa pun mahalnya, pasti tetep aja dia yang
keluar duit.
"Jangan-jangan dia kecil kurus kering gitu karena duitnya abis buat
ceweknya kali ya?" pernah pikir saya seperti itu..
Kembali ke teman saya. Ternyata mereka sudah ada semacam kesepakatan.
Cowok ngebayarin, nah ceweknya, kadang nyuciin bajunya si cowok,
nyetrikain, bahkan kalau kamarnya Mr X berantakan, dia pula yang
ngerapiin. Ah, sooo sweeeet...
Waktu saya tanya temen saya, dia bilang ,"Saya hanya ingin dia belajar
kelak bagaimana jadi ibu yang baik."
"Eh, kamu kapan mau apel lagi? Ntar kasih tau ya."
"Besok malam Sabtu. Emang ngapa?"
"Nih, buat tambahan bekel apel," kataku sambil ngasih duit 20 rb.
"Tapi entar, kalau aku punya baju kotor titip bisa ya?" tanya saya sambil
ngedip-ngedipin mata. Tapi belum sampai pada kedipan ke 20, aku langsung
lari. Habisnya dia langsung melotot sambil ancang-ancang ngelempar sandal
Eigernya.
Ah, benar-benar so sweet...
Saya juga pernah sedikit shock saat makan sate bareng seorang teman wanita
saya di pematang sawah di Bekasi sana. Suasana warung yang tenang,
ditingkahi suara katak yang bersautan, rusak seketika saat saya sadar
kalau dia mengambilkan saya garpu dan sendok. Hal yang juga pernah terjadi
saat ada cewek yang nyuciin jaket saya (Hallo Septi, apa kabarmu
sekarang?). So sweet bener dah..
Nah, charming bener khan? Tapi kalau udah nikah, wih, jangan tanya dah.
Mau contoh, temen kantor saya, Jumat kemarin masuk kerja denga kepala
botak. Usut punya usut, ternyata istrinya yang lagi hamil pengen ngelihat
suaminya botak! Lebih parah lagi, tadi siang, saya lihat teman saya tadi
termangu-mangu di depan pintu rumahnya. Ternyata, di dalam rumah, istrinya
lagi ngamuk gara-gara ngebet pengen naik bus way tapi tidak kesampaian....
Duh Gusti, selamatkanlah hambamu ini dari kekejaman wanita.....

Sunday, June 06, 2004

Antara Hasrat, Nyali, dan Suara

Guys, apa yang akan guys lakukan sekiranya di suatu malam yang sepi, di bawah temaram lampu, dan udara yang masih dipenuhi dengan embun, tiba-tiba ada sesosok berstatistik 170 cm, 47 kg, 36B-27-34, yang masih muda, cantik, putih tanpa cela, hanya mengenakan bikini, berambut panjang, waras, dan nyata mendekati guys?
Gemetar? Berkeringat dingin? Diam seribu gerak? Atau malah ngibrit? Semua itu bisa terjadi. Yang jelas, point pertama sampai ketiga itulah yang terjadi pada saya.
Entah, tiba-tiba saja, sosok itu datang, dari mana dia berasal, saya tidak tahu.
Dia semakin dekat, dekat, dan dekat. Sedemikian dekatnya sampai saya bisa mencium aroma Bulgari dari tubuhnya. Kontan, pikiran saya sudah melayang-layang, jatuh ke kampung halaman saya. "Mak, doakanlah anakmu ini biar selamat." 
Lamunan saya buyar seketika saat dia, tiba-tiba, memegang pundak saya. Sambil memutar tubuhnya ke hadapan saya, dia bersenyum dan berkata, "Sendirian saja, Om?" 
Hah? Om? Kok sosok sesempurna itu suaranya mengingatkan saya pada suara Lik Di Semprong, tetangga saya di kampung? Spontan, nalar saya bekerja dan memberi penjelasan, "Ini Latuharhary, monyong! Apa lagi yang ada di sini selain model gituan?" 
Celaka, saya salah mencari lokasi nostalgia. (Saya memang senang memandang pintu air, sebab mengingatkan saya pada pintu air di depan rumah saya). Langsung saya genjot pedal stater, terus bablas, pulang, tidak peduli dia lari mengejar dan berteriak-teriak, "Dasar banci, lu!" Melupakan keanggunannya sekian menit lalu.
Menghadapi teriakannya, saya cuman berpikir, "Lha, yang banci itu sebenarnya aku apa kamu sih, Pakdhe?"
The moral behind the story adalah, kemajuan ilmu sepesat apapun, ternyata tidak akan mampu menyamai ciptaan Tuhan 100%. Coba Mr X di atas, entah udah berapa kilo silikon dia pakai, berapa kali pula operasi dia lakukan, eh, masih saja suaranya kayak Lik Di Semprong